Saat di Bawah, Kita Harus Bagaimana?

Saat di Bawah, Kita Harus Bagaimana?

Roda kehidupan memang selalu berputar. Itulah peribahasa yang sering kita dengar. Kita pun tahu apa makna peribahasa tersebut. Iya, memang kehidupan itu tidaklah statis, melainkan hidup akan berjalan secara dinamis. Adakalanya ketika sedang diatas, kita jalani kehidupan dengan berkecukupan, tanpa beban, dan bahagia; namun adakalanya saat posisi roda kehidupan kita berada di bawah, mungkin sebagian dari kita merasakan beratnya hidup, kecewa, dan dikecewakan. Begitulah memang kenyataannya. Asam, manis, pahit, dan getir kehidupan datang silih berganti.
Setiap orang pasti pernah merasakan saat-saat jatuh, terpuruk, diabaikan dalam hidupnya. Terkadang saat-saat itu kita merasakan yang rasanya sepi dalam keramaian. Saat ada orang yang menolak kita, menjauhi kita, memanfaatkan kita, dan mengabaikan kita, tentunya itulah perasaan sedih ‘se-sedih-sedih-nya’ yang dirasakan. Tentunya disaat itu ada dari kita yang merasa jatuh dan tak bisa membentung air mata yang mengalir deras membasahi pipi. Coba bayangkan bagaimana rasanya ketika kita sudah melakukan apapun yang kita bisa untuk seseorang yang berarti dalam hidup kita, namun hanyalah pengabaian yang didapat. Bagaimana jika kita telah berusaha mati-matian, bersusah payah tetapi tidak lebih dari penolakan yang kita dapat dari seseorang yang kita harap akan menerima dan menghargai usaha kita?
Tidak semua orang dapat bersikap selayaknya harapan kita atasnya, sedangkan kita berharap mendapat reaksi yang lebih. Tidak semua orang dapat menerima apa yang kita lakukan. Tidak semua orang dapat bersikap tulus pada kita, namun memanfaatkan kebaikan kita untuk keuntungannya. Lalu apa sebaiknya yang harus kita lakukan? Tentunya kita harus bangun dan mencoba menendang jauh keterpurukan itu. Mungkin kita dapat melakukan hal-hal berikut ini agar roda kehidupan kita kembali berputar naik dan bertahan di posisi itu. Ini dia hal yang mungkin kita bisa lakukan:
1.     Mencoba berdiri sendiri
First and the foremost thing we must do yaitu berusahalah untuk berdikari. Iyaapp!! Kita sebaiknya melupakan untuk menggantungkan harapan dan mengandalkan orang lain. Mulailah melakukan hal kecil yang kita bisa sesuai kemampuan kita. Hilangkan mental ketergantungan. Ingat, berdikari bukan bergantung.
2.    Introspeksi diri
Adakalanya pengabaian dan penolakan orang lain terhadap kita penyebabnya adalah diri kita sendiri. Mungkin saja ada satu, dua, atau beberapa sikap kita yang membuat orang lain enggan untuk mendekat dan memperhatikan sehingga memberikan reaksi negatif atas usaha maupun hal yang sudah kita lakukan untuknya. Jika pengabaian itu disebabkan atas sikap/perilaku kita, maka ubahlah perilaku kita agar menjadi lebih baik.
3.    Pahami orang lain (partner kita)
Sejak awal kita mengenyam pendidikan di bangku sekolah kita diajarkan bahwa setiap manusia memiliki karakteristik yang ‘unik’. Sifat dan kepribadian individu satu dengan yang lainnya itu berbeda. Jadi kita tidak  bisa menyamaratakan antara diri kita dengan orang lain (partner kita). Kita harus bisa mengenal bagaimana partner kita bersikap, bagaimana cara ia berbicara, dan bagaimana cara ia merespon/menanggapi orang lain. Memang dalam memahami orang lain tidaklah instan, namun butuh proses agar kita dapat mengenal lebih jauh mengenai partner kita. Dengan adanya pemahaman maka kita dapat melakukan sesuatu yang membuat orang lain kecewa.
4.    Jadi diri sendiri
Kita tahu bahwa sikap, perilaku, dan kepribadian kita memang berbeda dengan orang lain. Oleh karenanya, kita tidak dapat memaksakan keinginan orang lain pada diri kita agar orang lain suka dengan yang kita lakukan. Intinya, menjadi diri sendiri tanpa merugikan orang lain.


Mungkin itulah beberapa hal yang bisa kita lakukan supaya usaha dan upaya kita dapat dihargai orang lain tanpa adanya penolakan dan pengabaian. Memang, cara tadi tidak 100% berhasil, namun tergantung pada kita sendiri. Jika kita berusaha dan mencoba menghargai orang lain, suatu saat orang lain tentunya bisa menghargai kita dan menghargai usaha yang telah kita lakukan.

Comments

Popular posts from this blog

Unsur Intrinsik Legenda ‘Keong Emas’

REINFORCEMENT DAN PUNISHMENT

PERTANYAAN SEPUTAR ALKALI