Observasi PHBS di Institusi Kesehatan (Rumah Sakit)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS)
A.
Pengertian
PHBS
Beberapa
pengertian kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah (Tim Field Lab FKUNS, 2013) :
1.
Perilaku Sehat, adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit,
serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
2.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah wujud pemberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program
prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, dan Dana
Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes Sulsel, 2006).
4.
Tatanan, adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah
Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
B.
Manajemen
Program PHBS
Untuk
mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan; diperlukan
pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian. Selanjutnya
kembali lagi ke proses semula.
Tahapan
manajemen PHBS di antaranya, yaitu (Tim Field
Lab FKUNS, 2013):
1. Tahap Pengkajian
Tujuan
pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah
perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian
PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian
sumber daya (dana, sarana dan tenaga).
2. Tahap Perencanaan
Penyusunan
rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan dan strategi komunikasi
PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
a.
Menentukan tujuan
Berdasarkan kegiatan pengkajian PHBS
dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka
dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan
wilayah. Selanjutnya, berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil
pengkajian sumber daya petugas kesehatan, maka ditentukan tujuan yang akan
dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang ditemukan.
b.
Menentukan jenis kegiatan intervensi
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya
ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang akan dilakukan. Caranya adalah dengan
mengembangkan berbagai alternatif intervensi, kemudian dipilih intervensi mana
yang bisa dilakukan dengan dikaitkan pada ketersediaan sumber daya.
3. Tahap Penggerakan
dan Pelaksanaan
a.
Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)
1) Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada
para kepala keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil
keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam berperilaku
sehat. memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota
keluarga dan lingkungan disekitarnya.
2)
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang
secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan
kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya
peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah Advokasi
1) Tentukan sasaran yang akan
diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau tersier
2) Siapkan informasi data kesehatan
yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
3) Tentukan kesepakatan dimana dan
kapan dilakukan advokasi.
4) Lakukan advokasi dengan cara
yang menarik dengan menggunakan teknik dan metoda yang tepat.
5) Simpulkan dan sepakati hasil
advokasi.
6) Buat ringkasan eksekutif dan
sebarluaskan kepada sasaran.
b.
Mengembangkan dukungan suasana
1) Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para
kepala keluarga/suami/bapak ibu, kakek, nenek, dan lain-lain. Tujuannya adalah
agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung
dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui
anjuran untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk
tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.
2) Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok
sasaran sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas
program, Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan, dan media masa.
Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana
yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan
kelompok, lokakarya, seminar studi banding, pelatihan, dan sebagainya.
3) Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
a) Menganalisis dan
mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana, seperti : demonstrasi,
pelatihan, sosialisasi, orientasi.
b) Mengupayakan
dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk
adanya komitmen dan dukungan sumber daya.
c) Mengembangkan
metoda, teknik dan media yang telah diuji coba dan disempurnakan.
d) Membuat format
penilaian dan menilai hasil kegiatan.
c.
Gerakan masyarakat
1) Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota
keluarga seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk
lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan
dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuan, kesadaran maupun
kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat Caranya dengan penyuluhan
perorangan, kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
2) Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran
primer, meliputi pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat.
Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranya antara lain melalui
penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dan
lain-lain. Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat:
1) Peningkatan pengetahuan
masyarakat melalui berbagai kegiatan pembinaan.
2) Menganalisis dan mendesain
metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti pelatihan, pengembangan media
komunikasi untuk penyuluh individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan
lokakarya.
3) Mengupayakan dukungan pimpinan,
program, sektor terkait pada tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4) Mengembangkan metoda, teknik dan
media yang telah diujicoba disempurnakan.
5) Membuat format penilaian dan
menilai hasil kegiatan bersama-sama dengan lintas program dan lintas sektor
pada tatanan terkait.
6) Menyusun laporan serta
menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan, eksekutif).
4. Tahap
Pemantauan dan Penilaian
a.
Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah
berjalan dan memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu
dilakukan pemantauan. Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada
pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap
tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi.
b. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang sudah dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor.
Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan luaran kegiatan. Misalnya jumlah
tenaga terlatih PHBS, media yang telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan
penyuluhan.Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua
tahun. Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data
PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator
apakah mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan
melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil
evaluasi PHBS. Cara melakukan penilaian melalui:
1) Pengkajian ulang tentang PHBS.
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator
PHBS
3) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas
Kesehatan kabupaten/kota (SP2TP).
4) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok
terarah kepada petugas, kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada
tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1) Pelaksanaan program PHBS sesuai
rencana.
2) Adanya pembinaan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan.
3) Adanya upaya jalan keluar
apabila terjadi kemacetan/ hambatan.
4) Adanya peningkatan program PHBS (Tim Field Lab FKUNS, 2013).
C.
Indikator
PHBS
Ukuran-ukuran
yang sering digunakan sebagai indikator adalah angka absolut, rasio, proporsi,
angka/tingkat. Yang perlu diingat suatu indikator tidak selalu menjelaskan
keadaan secara keseluruhan, tetapi kadang-kadang hanya memberi petunjuk
(indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan
(proxy).
Mengacu
pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area / wilayah
:
1.
Indikator Nasional
Ditetapkan 3
indikator, yaitu:
a. Persentase
penduduk tidak merokok.
b. Persentase
penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Persentase
penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke tiga indikator
tersebut berdasarkan issue global dan regional (Mega Country Health Promotion
Network. Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menjadi issue
global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru
juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk akan
berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan
menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian
juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi
usia produktif akan mengakibatkan produktifitas menurun. Kurang aktifitas fisik
dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung
lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan
lain-lain.
2.
Indikator Lokal Spesifik
Khusus di Jawa Tengah indikator
nasional ditambah indikator lokal spesifik dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi masing-masing Unit Pelaksana teknis Daerah (UPTD) maka telah
dikembangkan menjadi 16 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku
sehat.
D.
PHBS
di Institusi Kesehatan (Rumah Sakit)
Institusi
Kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
seperti rumah sakit, Puskesmas dan klinik swasta.
PHBS
di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat
pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan
Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan (Nurjannah,
2013).
Rumah
sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit dan sehat sehingga berpotensi menjadi sumber penularan penyakit
bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung. Terjadinya infeksi oleh
bakteri atau virus yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan, penularan
penyakit dari penderita yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan kepada
penderita lain atau petugas di fasilitas pelayanan kesehatan ini disebut dengan
infeksi rumah sakit (Nurjannah, 2013).
Infeksi rumah sakit dapat terjadi karena
kurangnya kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan atau kurang higienis atau
tenaga kesehatan yang melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil.
Penularan penyakit juga dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas
sanitasi seperti ketersediaan air bersih, jamban dan pengelolaan limbah.
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas
agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan fasilitas pelayanan kesehatan yang sehat dan mencegah penularan
penyakit di fasilitas pelayanan kesehatan
(Nurjannah, 2013).
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guna
efektivitas PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu:
1. Mencuci
tangan pakai sabun
2. Penggunaan
air bersih
3. Penggunaan
jamban sehat
4. Membuang
sampah pada tempatnya
5. Larangan
merokok
6. Tidak
meludah sembarangan
7. Pemberantasan
jentik nyamuk
Tujuan
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu:
1. Membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Mencegah
terjadinya penularan penyakit
3. Menciptakan
lingkungan yang sehat
Sasaran
penerapan PHBS di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan:
1. Pasien
2. Keluarga
pasien
3. Pengunjung
4. Petugas
kesehatan
5. Karyawan
Manfaat
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan
a. Bagi
pasien/keluarga/pengunjung:
-
Memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan sehat
-
Terhindar dari penularan penyakit
-
Mempercepat proses penyembuhan penyakit
-
Meningkatkan derajat kesehatan pasien
b. Bagi
fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit:
-
Mencegah terjadinya penularan penyakit
-
Meningkatkan citra fasilitas pelayanan
kesehatan yang baik sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat (Nurjannah,
2013).
Indikator
yang dinilai dalam PHBS di institusi kesehatan, di antaranya (Tim Field Lab
FKUNS, 2013):
INDIKATOR
PHBS DI INSTITUSI KESEHATAN (Tim Field Lab FKUNS, 2013)
|
|
PERILAKU
|
Tidak merokok
|
Kebersihan lingkungan
|
|
Kebersihan kamar
mandi
|
|
LINGKUNGAN
|
Ada jamban/WC
|
Ada air bersih
|
|
Ada tempat sampah
|
|
Ada SPAL
|
|
Ada IPAL (RS)
|
|
Tempat cuci tangan
|
|
Ada pencegahan
serangga
|
HASIL
OBSERVASI PHBS DI RS YWRSIS
Pada 7 Oktober
2016 yang lalu, kelompok kami telah melakukan observasi dan wawancara mengenai
penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Sakit Yayasan Wakaf
Rumah Sakit Islam Surakarta (YWRSIS). Observasi dan wawancara kami lakukan pada
petugas claning service dan pengunjung di RS YWRSIS saat pagi hari. Kami
mengobservasi dan melakukan wawancara terkait PHBS dengan indikator sebagai
berikut:
INDIKATOR
PHBS DI INSTITUSI KESEHATAN YANG DIOBSERVASI
|
|
PERILAKU
|
Tidak merokok
|
Kebersihan lingkungan
|
|
Kebersihan kamar
mandi
|
|
Membuang sampah pada
tempatnya
|
|
LINGKUNGAN
|
Ada jamban/WC
|
Ada air bersih
|
|
Ada tempat sampah
|
|
Ada SPAL
|
|
Ada tempat pemrosesan
sampah
|
|
Tempat cuci tangan
|
|
Ada pencegahan
serangga
|
Hasil yang kami peroleh berdasarkan
observasi dan wawancara pada petugas cleaning service dan pengunjung yaitu
sebagai berikut:
1.
Indikator perilaku:
-
Larangan merokok: di RS YWRSIS terdapat
papan larangan merokok di setiap koridornya. Saat kami melakukan observasi
(pada pagi hari) tidak ada pengunjung maupun petugas yang merokok di area RS.
Berdasarkan wawancara dengan petugas cleaning service, masih ada pengunjung
yang merokok namun mereka merokok di luar area perawatan rumah sakit.
-
Kebersihan lingkungan: berdasarkan observasi
dan wawancara, petugas cleaning service membersihkan taman RS, saluran air
limbah (got), dan membuang sampah pada pagi hari. Mereka membersihkan koridor
RS dan kamar pasien serta kamar mandi ketika pagi (±jam 07.00-08.00) dan siang
(±jam 13.00-14.00).
-
Kebersihan kamar mandi: kamar mandi di
RS YWRSIS terlihat bersih namun kurang wangi, saluran pembuangan air di kamar
mandi tidak mampet, air yang ada bersih dan tidak mampet. Petugas cleaning
service membersihkan kamar mandi umum saat pagi hari. Di dalam kamar mandi
terdapat tempat sampah non medis.
-
Membuang sampah pada tempatnya:
pengunjung RS YWRSIS membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah
yang dibuang. Saat observasi kami melihat pengunjung RS membuang sampah non
medis (tissue dan bungkus makanan) yang dibuang di tempat sampah non medis
(tempat sampah dengan plastik hitam). Setiap pagi petugas cleaning service
membersihkan sampah-sampah baik sampah medis (ditempatkan di tempat sampah
dengan plastik kuning) maupun sampah non medis.
2. Indikator
lingkungan
-
Jamban/WC: di lingkungan RS YWRSIS
terdapat jamban/WC dengan jumlah yang memadai, jamban/WC yang ada bersih dan
tidak mampet.
-
Air bersih: di lingkungan RS YWRSIS
terdapat air bersih yang dapat digunakan. Air yang ada jernih, tidak berbau, dan
tidak berasa.
-
Tempat sampah: di lingkungan RS YWRSIS
terdapat banyak tempat sampah yang dibedakan menjadi dua tempat sampah yang
berbeda, yaitu tempat sampah medis (tempat sampah dengan plastik kuning) dan
tempat sampah umum/nonmedis (tempat sampah dengan plastik hitam). Kedua tempat
sampah yang ada diberi label yang berbeda (medis dan non medis). Namun sampah
non medis yang ada tidak dipisahkan menurut bahannya (organik dan non organik).
-
SPAL: di lingkungan RS YWRSIS terdapat
SPAL (saluran pembuangan air limbah) yang ada sekitar koridor dan ruang rawat
pasien. Saluran tersebut berfungsi namun SPAL yang ada tidak diberi penutup.
-
Tempat pemrosesan sampah: RS YWRSIS
memiliki tempat pemrosesan sampah yang terletak di bagian belakang rumah sakit.
Berdasarkan wawancara dengan petugas cleaning service, sampah-sampah yang telah
dikumpulkan akan diproses di tempat pemrosesan sampah rumah sakit.
-
Tempat cuci tangan: di lingkungan RS
YWRSIS terdapat tempat cuci tangan. Di kamar mandi terdapat wastafel dan sabun
untuk cuci tangan, dan di nurse station maupun di depan kamar pasien terdapat
handrub untuk cuci tangan. Handrub akan langsung diganti jika habis.
-
Pencegahan serangga: di lingkungan RS
YWRSIS dilakukan fogging pada kamar pasien dengan penyakit infeksius. Fogging
dilakukan setelah pasien keluar dari RS.
Secara umum RS YWRSIS baik petugas maupun pengunjung
telah melaksanakan PHBS sesuai indikator yang kami observasi.
Referensi:
Nurjannah, R. (2013, November 06). Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Retrieved
October 09, 2016, from RS Hasan Sadikin:
http://web.rshs.or.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs-di-fasilitas-pelayanan-kesehatan/
Dinkes Sulsel. (2006). Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota
Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Retrieved October
09, 2016, from
http://www.dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf
Tim Field Lab FKUNS. (2013). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Retrieved October 09, 2016, from Modul Field Lab Semester
V: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):
http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MODUL_PHBS.pdf
Comments
Post a Comment