makalah- Komunikasi terapeutik
"Komunikasi Terapeutik"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses yang
sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Salah satu kajian ilmu
komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik
antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat
kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis
dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program
yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar
tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang
diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi
menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang lebih besar (Abdalati, 1989). Oleh karena hal
tersebut, perawat membutuhkan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dari
perilaku kasih sayang dan cinta dalam berkomunikasi dengan orang lain (Johnson,
1989).
Seorang perawat penting sekali
untuk menguasai kemampuan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik jika
dikuasai dengan baik oleh seorang perawat, maka ia akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja, dengan kemampuan
komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan
citra perawat.
Komunikasi yang baik dari
seorang perawat, khususnya komunikasi terapeutik, dapat memberikan kepercayaan
diri pasien. Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat harus mampu
berbicara banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada pasiennya. Dalam tulisan ini, kami membahas
mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi pengertian, tahapan/fase-fase
dalam komunikasi terapeutik, serta tekniknya.
B.
Rumusan
Masalah
Ø Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
Ø Bagaimanakah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan komunikasi
terapeutik?
Ø Apa saja teknik-teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik?
C.
Tujuan
Penulisan
Karya tulis
ini kami susun untuk :
Ø Memenuhi
tugas mata kuliah
komunikasi dalam keperawatan.
Ø Membahas
lebih lanjut tentang komunikasi
terapeutik.
D.
Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi
pustaka, browsing internet, dan diskusi kelompok dalam penulisan karya tulis.
E.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah:
Ø
Agar para mahasiswa keperawatan
dan pembaca mengetahui serta memahami komunikasi terapeutik, tahapan, dan
macam-macam tekniknya.
Ø
Membekali kami agar nantinya
dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang baik pada pasien.
F.
Sistematika Penulisan
Karya tulis ini kami susun dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada
bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada
bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian komunikasi terapeutik, tahapan dalam komunikasi terapeutik,
dan macam teknik komunikasi terapeutik.
BAB III KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Pada
bab ini penulis menyajikan
kasus narasi tahapan komunikasi terapeutik.
BAB IV PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah
hubungan interpersonal di mana perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
serta memperbaiki pengalaman emosional klien yang negative (Stuart Laraia,
2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997) mengemukakan komunikasi terapeutik
sebagai segala bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan
pasien atau menghilangkan distress psikologis. Komunikasi terapeutik ditujukan dengan
empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian.
B.
Fase-fase
Hubungan dalam Komunikasi Terapeutik
Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik,
yaitu :
1.
Tahap
Persiapan (Prainteraksi)
Pada
tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai kelebihan
serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah
memahami keberadaan dirinnya agar siap berintreraksi dengan pasien. Adapun
tugas yang harus dilakukan oleh perawat dalam tahap prainteraksi adalah :
a. Mengeksplorasi
perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum elangsungkan komunikasi,
penting bagi seorang perawat untuk melakukan pengkajian terhadap perasaannya
sendiri, yaitu berkenaaan dengan kesiapannya dalam berinteraksi dengan pasien.
b. Melakukan
analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri
sendiri. Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan
dan sensitive terhadap perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa
dimanfaatkan oleh seorang perawat guna memudahkan dirinya dalam membuka
pembicaraan sekaligus membina hubungan saling percaya dengan pasien.
c. Mengumpulkan
data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi untuk mengetahui
informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling
tidak,seorang perawat bisa mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan
ketika hendak melangsungkan interaksi.
d. Merencanakan
pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum bertemu, perawat sudah
merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di mana,dan strategi yang
hendak dilakukan dalam pertemuan tersebut.
2.
Tahap
Perkenalan
Pada
tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri
kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka
terhadap pasien. Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk
membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi
keakuratan data sekaligus rencan yang sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang
harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap perkenalan :
a. Membina rasa saling percaya.
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan
dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa adannya saling percaya maka keterbukaaan
antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil terjad. Dengan
demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa membina hubungan saling
percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap terbuka, jujur,
menerima
apa adanya, menepati
janji, dan menghargai pasien.
b. Merumuskan kontrak dengan pasien.
Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin
kelangsungan interaksi antara perawat dengan pasien. Saat merumuskan kontrak,
seorang perawat harus menjelaskan mengenai peranannya supaya pasien tidak salah
paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi perawat adalah
menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena menempatkannya
sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu. Dalam merumuskan sebuah
kontrak, perawat harus menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata membantu, sementara
kekuatan dan keinginan untuk berubah
tetap sepenuhnya ada pada diri pasien.
c. Menggali pikiran dan perasaan
pasien.
Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong
pasien guna mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan
oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan terbuka
sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek lainnya
adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya.
d. Merumuskan metode keperawatan
bersama pasien. Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan
pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit.
Tujuan ini dirumuskan setelah perawat melakukan identifikasi terhadap pasien.
Fase
orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi
adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang sebelumnnya sudah
dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan.
3.
Tahap
Kerja
Dalam
proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah
tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi
permasalahan yang ada. Perawat dituntut memfungsikan kemampuannya dalam
mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga
dituntut memiliki kepekaan dan tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan
tingkat analisis yang baik terhadap
perubahan pasien.
Pada
tahap kerja perawat harus melakukan active
listening. Melalui active listening
perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi
sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan perawat memiliki
kemampuan dalam menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar. Teknik
menyimpulkan adalah satu bentuk usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal
penting dalam percakapan sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan
membantu pasien.
4.
Tahap
Terminasi
Tahap terminasi ialah tahap akhir dari
pertemuan antara perawat dan dengan pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi
dua, yaitu :
a. Terminasi
sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan pasien.
b. Terminasi
akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa
tugas yang harus diperhatikan sekaligus diaplikasikan secara sungguh-sungguh
oleh perawat, yaitu :
a. Melakukan
evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah dilaksanakan. Evaluasi
ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi,
seorang perawat tidak diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien.
Akan tetapi, seorang perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau
menyimpulkan.
b. Melakukan
evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi,
yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu
apakah interaksi yang dilakukan bisa mengurangi kecemasan atau tidak ?
c. Menindaklanjuti
interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa disebut sabagai
pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
rencana interaksi berikutnya.
d. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak
pertemuan yang dibuat mencangkup tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi
yang hendak dilakukan.
C.
Teknik
Komunikasi
Terapeutik
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar
dalam melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus
dijadikan pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman
teknik komunikasi terapeutik, yaitu :
Ø Komunikasi
harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
Ø Komunikasi
yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum memberikan saran,
informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus
diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi terapeutik, yang penting
untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-masing pasien
tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang
berbeda-beda pula. Maka secaa substansia teknik komunikasi terapeutik hampir
serupa, tetapi dalam pelaksanaanya bisa berbeda-beda.
Berpijak pada pendapat Shives
(1994),13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi terapeutik meliputi :
1.
Mendengakan
dengan penuh perhatian
Hal
yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non
verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh
dalam menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan
dengan penuh keperhatian adalah:
a.
Pandang pasien saat bicara
b. Pertahankan
kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh
kesahnya
c. Hindari
tindakan yang tidak dibutuhkan
d. Jaga
sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e. Anggukan
kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik
f. Condongkan
tubuh kearah lawan bicara.
2.
Menunjukkan
penerimaan
Penting
untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang dimaksut
adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun tidak
setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa
menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat
dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang
menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan
kepala.
Adapun beberapa teknik
yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah:
a. Mendengarkan
tanpa harus memutus perbincangan.
b. Memberikan
umpan balik yang menampakkan pengertian
c. Menunjukkan
bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
d. Menghindari
berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba mengubah pikiran pasien.
3.
Memberikan
Pertanyaan yang Berkaitan
Tujuan
dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah guna
memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik
apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan
serta gunakan perkataan dalam konteks sosial budaya yang melatari keberadaan
diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang
berurutan.
4.
Mengulang
Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri
Salah
satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien.
Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan
berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati karena daya tangkap pasien
berbeda-beda. Mengulang bukan hanya menyampaikan ulang pembicaraan, namun
disertai rangkuman yang disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien.
5.
Klarifikasi
Apabila
saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang perawat
untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi. Sebab,
keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus
memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien.
6.
Memfokuskan
Komunikasi
yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan komunikasi
merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi pembicaraan,
sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak
boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi
apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.
7.
Menyampaikan
Hasil Observasi
Memberikan
umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya. Dalam hasil
pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga
perawat menjadi paham mengenai kondisi yang diperlukan.
8.
Menawarkan
Informasi
Setelah
menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips yang
bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat.
Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap
perawat. Maka, apabila terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat
harus melakukan klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.
9.
Diam
Diam
merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat dan
pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan
ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri
dalam mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat.
diam sangat berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas
adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara singkat.
Biasanya dilakukan di fase
terminasi.
11. Menawarkan Diri
Saat
pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus
mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana,
seperti menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi
kenyataan yang terjadi, lalu menceritakan permasalahannya pada perawat.
12. Refleksi
Menganjurkan
pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya
sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat
bisa menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan
bersama. Dengan demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan
ini menunjukkan bahwa pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri,
sehingga memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki
kapasitas dan kemampuan.
BAB III
KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
A. Contoh
Komunikasi Terapeutik (1)
1.
Tahap Pre-Interaksi
a.
Mengumpulkan data tentang klien : Ditinjau dari
catatan medis/rekam medis.
·
Kondisi klien adalah post partum (anak pertama).
·
Diagnosa Keperawatan dalam rangka perawatan luka
operasi caesar.
·
Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan
mandiri dalam rangka melaksanakan perawatan
luka.
·
Tindakan keperawatannya adalah perawatan luka post
partum.
·
DS : klien mengatakan lemas.
Klien
mengatakan lembab pada luka operasinya.
·
DO: Klien tampak lemas.
Perban tampak lembab.
TTV: suhu: 375 oC.
Nadi: 74x/menit.
TD : 120/70 mmHg.
b.
Mengeskplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.
Saya siap
berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan
tindakan perawatan luka post operasi.
c.
Membuat rencana pertemuan dengan klien.
Saya telah membuat kontrak untuk
melakukan perawatan luka hari ini pukul 10 pagi.
2.
Tahap Orientasi
(Dialog)
Perawat
: “Assalamualaikum ibu, selamat pagi”.
Klien
: “Walaikum salam, pagi juga suster”.
Perawat
: “Saya perawat Ratna,
apakah benar ini dengan ibu Dina?”.
Klien :
“Iya suster”.
Perawat
: “Ibu Dina, ibu lebih
suka saya panggil apa ibu?”.
Klien :
“Ibu Dina saja supaya lebih akrab, Suster”.
Perawat
: “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu dari pukul 07.00 -14.00
siang nanti Bu, jadi
kalau ada masalah atau keluhan ibu dapat berbicara kepada saya, Bu”.
Klien :
“Oke baik suster Ratna”.
Perawat : “Baiklah, Ibu bagaimana
keadaannya hari ini setelah operasi caesar
kemarin?”.
Klien :
“Alhamdulillah Suster, saya senang sekali
dengan kelahiran anak pertama saya. Tapi saya
masih merasa lemas dan sulit bergerak”.
Perawat :
“Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu, karena ibu melahirkan
anak pertama melalui caesar jadi
wajar kalau ibu sulit bergerak karena ada luka operasi yg masih rentan, selain
lemas apakah yg ibu rasakan?”
Klien :
“Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas
dan sulit bergerak saja”
Perawat
: “Baik Bu, sesuai
dengan perjanjian kita kemarin, saya akan mengganti perban luka ibu, supaya
tidak terjadi infeksi dan supaya ibu bisa segara beraktivitas kembali”
Klien :
“Baik Suster,
berapa lama?”
Perawat
: “Hanya sekitar 15 menit, ibu Dina”
Klien :
“Iya Suster”
3.
Tahap kerja
(Dialog)
Perawat
:“Baiklah Bu,
sebelumnya ada yang ingin ibu tanyakan?”
Klien
:“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan
berapa frekuensi penggantian perban, Sus?
Perawat
: “Iya Ibu,
perawatan luka ini sangat penting karena jika luka
kotor akan menimbulkan infeksi dan dapat
menyebabkan kematian, perban itu
harus diganti
minimal 1x sehari, Bu”
Klien
: “Baik, Suster”
Perawat : “Oke ibu Dina, pertama
maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan ya, Bu. Nanti jika
sudah di rumah atau
saat ibu sudah merasa tidak nyaman, ibu atau dengan bantuan keluarga dapat
melakukan secara mandiri”
Klien
: “Alat-alatnya apa saja, Suster?”
Perawat
: “Sarung
tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan pembersih. Ibu dapat
menggunakan aquabides sudah ada yang menjual di apotek, Bu”
Klien
:“Lalu caranya bagaimana, Sus?”
Perawat
:“Pertama-tama
kita buka balutan yang lama namun jangan memegang dengan tangan telanjang, kita harus
memakai sarung tangan, lalu kita bersihkan luka dengan
aquabides yang dicelupkan ke kasa dan dikeringkan dengan kasa kering”
Klien
:“ Apakah kasa tidak boleh dipakai
berulang-ulang, Sus?”
Perawat
:“Benar sekali
ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar dengan kasa yang baru dan
jangan lupa ibu kita harus membersihkan luka dari daerah yang bersih
kedaerah yang kotor”
Klien
:“Lalu apa lagi sus ?”
Perawat :“Lalu Bu, kita
tutup luka dengan kasa steril, dan direkatkan dengan plester, lalu ditutup
dengan pakaian ibu kembali dan semua bekas balutan dibuang ketempat sampah
medis”
Klien :“Saya rasa
saya sudah bias melakukannya, Sus”
4.
Tahap terminasi
(Dialog)
Perawat
: “Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun sudah mengerti bagaimana
cara melakukan perawatan luka.
Sekarang bagaimana rasannya bu, apakah sudah lebih nyaman bu sekarang?”
Klien
: “Iya suster sudah lebih nyaman”
Perawat
: “Baik ibu
kalau begitu nanti jika sudah waktunya ibu mengganti perban,
ibu bisa dibantu dengan keluarga, atau biasa juga didampingi saya
atau perawat lainnya”
Klien
: “Iya suster, terimakasih”
Perawat
: “Iyah ibu Dina. Apakah ada
yang ingin ibu tanyakan?”
Klien
: “Tidak, Sus. Saya rasa
cukup dan saya sudah paham, Sus”
Perawat
: “Baik ibu
sekarang ibu dapat beristirahat kembali”
Klien
: “Iyah Suster,
terimakasih yah, Sus”
Perawat : “Sama-sama ibu Dina. Semoga lekas
sembuh ya, Bu”
(Sumber : Makalah Komunikasi
Terapeutik oleh Ratna Widyasari)
Ø Tahap Pra-Interaksi
·
Seorang pasien bernama Mr. Bram,
menderita sakit dirawat di rumah sakit 5 hari
KU sadar, tensi 120/70
mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37 derajat Celcius, badan kurus, sulit tidur, tidak mau
makan sayur, tidak mengerti menu makan 4 sehat 5 sempurna, suka merokok, pakaian
tampak kusut, dan kurang menjaga
kebersihan.
·
Perawat
bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat pasien Bram dirawat
ingin menyampaikan pendidikan kesehatan terkait dgmasalah yang dihadapi pasien
Bram
Ø Tahap
Orientasi (Perkenalan)
Perawat : “Permisi....siang
bapak.....(mengetuk pintu)”
Pasien : “Iya, siang mas silahkan
masuk.”
Perawat : “Benar Ini
dengan Pak Bram?”
(memandang Pasien/mempertahankan kontak mata
pasien)
Pasien :“Iya
mas.....saya Bram.”
Perawat : “Baik pak perkenalkan nama
saya Johns sebagai perawat yang akan
merawat bapak selama di rumah sakit ini, disini saya di tugaskan untuk membantu
dan memberikan masukan atau saran terhadap keluhan bapak.Privasi atau
kerahasiaan bapak akan saya jaga dengan sebaik-baiknya. Nanti untuk durasi
waktunya kurang lebih 10 menit saja, apakah bapak bersedia?”
Pasien :“Iya mas saya
bersedia.”
Ø Tahap Kerja
Perawat : “Baiklah,apa yang
bapak rasakan saat ini.?”
Pasien : “Saya
merasakan kepala saya pusing mas, dan saya juga sulit untuk tidur,
Perawat : “apakah ada
lagi yang bapak rasakan selain itu?”
Pasien :“Iya mas,
kenapa ya saya merasa berat badan saya itu turun?”
Perawat : “Apakah bapak
suka merokok ?”
Pasien : “Iya mas, saya
seorang perokok aktif.”
Perawat : “Seberapa
sering bapak merokok?”
Pasien : “Setiap hari
saya merokok , saya tidak bisa lepas dari rokok.”
Perawat : "Kalau boleh saya sarankan, bapak tolong kurangi
kebiasaan merokok bapak, karena rokok sangat membahayakan bagi kesehatan bapak,
karena didalam rokok banyak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.”
Pasien : “Iya mas saya
pernah mencoba untuk meninggalkan kebiasaan merokok tapi saya tidak bisa, lidah
saya tersa pait apabila sehari tidak merokok.”
Perawat : “Iya memang
pak kebiasaan itu sangat sulit dihilangkan,tapi bapak bisa mengganti kebiasaan
tersebut dengan aktifitas yang lain selain merokok seperti membaca koran atau berolah
raga.”
Pasien : “Iya, baiklah
mas saya akan mencobanya.”
Perawat : “Oh iya pak apakah pada
saat makan sehari-hari bapak kurang suka mengkonsumsi sayuran,
seperti wortel, bayam, kol dan lainnya?”
Pasien :”Iya mas saya
tidak suka makan sayur-sayuran, apakah itu berpengaruh untuk berat badan saya?”
Perawat : “Iya pak itu
juga faktor yang mempengaruhi berat badan menjadi turun.Karena pada
sayuran terdapat gizi dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan sayuran
sangat penting untuk pertumbahan dan daya tubuh agar tetap stabil."
Pasien : “Makanan yang
bergizi dan mempunyai prtoein seperti apa mas contohnya?”
Perawat : “Bapak harus
mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan laut, daging
telur tahu tempe, untuk lebih baiknya bapak juga saya sarankan untuk minum susu,apakah sudah
jelas pak untuk penjelasan saya?”
Pasien : “Iya mas sudah
jelas kok, terima kasih atas saran-saranya mas.”
Perawat : “Dan disamping
itu bapak juga harus menjaga kebersihan badan bapak dan lingkungan sekitar
bapak.”
Pasien : “Maksud nya
mas....?”
Perawat : “Misalnya dalam hal pakaian yang bapak
kenakan, setiap kita akan memakai pakaian, lebih baik pakaian tersebut dicuci
dengan bersih. Setelah itu
anda setrika pak karena pakaian tersebut kemungkinan besar terdapat kuman yang
tersembunyi, dengan bapak menyetrika pakaian tersebut kuman akan mati selain
itu bapak pasti akan kelihatan rapi dan bersih, apakah bapak
berniat untuk melakukan hal tersebut?”
Pasien : “Iya Mas
Insyalloh saya berniat untuk melakukan
hal tersebut makasih ya mas
atas saran nya.”
Perawat : “Iya pak
sama-sama.”
Perawat : “Apakah masih
ada keluhan atau hal yang ingin anda sampaikan pak?”
Pasien : “Tidak mas, terima kasih.”
Ø Tahap
Terminasi
Perawat : “Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi, saya
akan melajutkan pekerjaan saya yang lain dan jika bapak perlu bantuan anda
cukup memencet tombol di sebelah anda maka saya akan datang dan menyiapkan
keperluan yang anda inginkan.”
Pasien : “Iya terima
kasih mas.”
Perawat : “Terima kasih
juga atas waktunya, Pak. Silahkan
bapak kembali beristirahat dan lekas sembuh. Permisi, Pak.”
(Sumber: Makalah Asuhan Keperawatan oleh Febri S).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh
seorang perawat untuk kesembukan pasien.
Ø Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik:
·
Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal
yang diperlukan.
·
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan
egonya.
·
Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya
sendiri.
Ø Tahapan dalam komunikasi terapeutik:
·
Fase
prainteraksi
·
Fase
orientasi
·
Fase kerja
·
Fase
terminasi
Ø Teknik-teknik komunikasi terapeutik:
·
Mendengarkan
dengan penuh perhatian
·
Menunjukkan
penerimaan
·
Menanyakan
pertanyaan yang berkaitan
·
Mengulang
ucapan klien dengan kata-kata sendiri
·
Klarifikasi
·
Focusing
·
Menyampaikan
hasil observasi
·
Menawarkan
informasi
·
Diam
·
Meringkas
·
Memberi
penguatan
·
Menawarkan
diri
·
Memberi
kesempatan klien untuk memulai pembicaraan
·
Refleksi
B.
Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca
dapat memahami pentingnya
komunikasi terapeutik dalam
proses keperawatan. Khususnya
bagi
pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar
dapat berkomunikasi yang baik sehingga
dapat menjalin
kerjasama
dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.
Zen, Pribadi.2013.Panduan Komunikasi
Efektif untuk Bekal Keperawatan Profesional.Yogyakarta:D-Medika
Nasir
et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.
Gimana cara simpen materinya?
ReplyDelete