AWAS!! Hepatitis A Menyerang Balita
AWAS!! HEPATITIS A MENYERANG BALITA
tipe-tipe virus hepatitis |
Diusia balita, anak-anak sudah mulai bersosialisasi dan cenderung jajan sembarangan, oleh karena mereka berisiko tertular hepatitis A. "Tapi usia 1 sampai 2 tahun,
risikonya terserang penyakit tersebut masih rendah karena anak belum mulai jajan." Terlebih lagi pada bayi, ia sangat jarang terkena hepatitis A karena masih memiliki kekebalan yang didapatkan dari ibu.
Hepatitis B ditularkan melalui transfusi darah dan jarum suntik.
Disamping, bisa karena transmisi vertikal (dari ibu) dan kontak erat antar
anggota keluarga, sehingga perlu dilakukan usaha untuk memutuskan rangkai
penularan sedini mungkin dengan cara vaksinasi.
Sementara
hepatitis C, penularannya sama seperti hepatitis-B, yang utama juga melalui
jarum suntik atau transfusi darah. Malah, 80 persen pasien dengan hepatitis
kronis pasca transfusi, penyebabnya adalah hepatitis C. "Hampir setiap
anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah dari donor yang mengandung
anti hepatitis C akan terinfeksi."
Selain itu,
hepatitis C juga bisa ditularkan melalui transplantasi organ, transmisi
intrafamilial (penularan yang terjadi dalam keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menderita hepatitis C), dan lewat transmisi perinatal dari ibu ke
anak.
TANPA GEJALA
Umumnya penyakit hepatitis muncul tanpa gejala. Pada anak usia 1-2 tahun, 85 persen tanpa
gejala; 50 persen pada anak usia 3-4 tahun; dan 20 persen pada anak di atas
usia 5 tahun. "Hepatitis B dan C pada anak, biasanya juga tanpa gejala
atau dengan gejala ringan," ungkap Zuraida.
Pada
hepatitis B, lanjutnya, jika ibu hamil mengandung hepatitis B, maka biasanya
gejala tak muncul pada bayi. "Justru muncul kemudian saat ia memasuki usia
produktif, sekitar usia 35-40 tahun." Ini justru berbahaya karena bisa
mengakibatkan komplikasi hepatitis, misal, sirosis atau tumor hati.
"Umumnya berasal dari bayi yang terkena infeksi dari ibunya."
Karena tidak ada gejala yang jelas, maka diagnosis hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan
awal laboratorium dan uji serologis. Celakanya, dengan tak ada gejala, hal ini justru menjadi sumber penularan bagi orang lain, khususnya hepatitis A yang
merupakan sumber infeksi untuk orang dewasa di sekitarnya.
4 STADIUM
Jika muncul
gejala, umumnya gejalanya sama, baik pada hepatitis A, B, maupun C. Gejala
Hepatitis A sendiri dibagi dalam 4 stadium. Pertama, masa inkubasi yang dapat
berlangsung selama 18-50 hari, dengan rata-rata kurang lebih 28 hari, waktu
antara terpapar oleh virus sampai timbulnya gejala.
Setelah masa
inkubasi, stadium kedua adalah masa prodromal (pra-ikterik) yang dapat
berlangsung selama 4 hari sampai 1 minggu. Pada masa ini biasanya muncul
gejala-gejala khas seperti lesu, lelah, anoreksia (kehilangan nafsu makan),
nausea (mual), muntah, muncul rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam,
merasa dingin, sakit kepala, gejala seperti flu, sakit tenggorokan, dan batuk.
Muntah yang
biasanya terjadi jarang menjadi berat dan tak berlangsung lama. "Bila
muntah menetap dan mengakibatkan dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit, harus dipikirkan kemungkinan varian virus hepatitis yang lebih
serius atau ada komplikasi lain yang tak berhubungan dengan hepatitis,"
tutur Zuraida.
Stadium
tiga, masa ikterik. "Kencing mulai berwarna lebih gelap seperti teh.
Kadang, kotoran yang biasanya berwarna kuning kini lebih pucat warnanya."
Kuning ini biasanya menghilang dalam 2 minggu.
Pada
penelitian di Bagian Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, demam, ikterus, serta urin
yang berwarna gelap merupakan gejala utama penderita yang dirawat. "Gejala
anoreksia, lesu, lelah, nausea, dan muntah yang sudah terjadi pada masa
pra-ikterik menjadi lebih berat untuk sementara waktu pada masa ikterik."
Setelah 2 minggu, ikterik akan hilang, kemudian memasuki masa penyembuhan.
BERKEMBANG
KRONIS
Hepatitis A
bisa sembuh dengan sendirinya (self limiting disease) tanpa berpengaruh
terhadap sel-sel hati selanjutnya. Meski tak akan berkembang menjadi kronis,
namun hepatitis A bisa berat bila terjadi komplikasi, misal, kuningnya
berkepanjangan atau kambuh lagi/berulang (relaps). Tentu memerlukan
waktu lama untuk penyembuhannya. "Ini akan berdampak pada produktivitas
individu, biaya perawatan yang cukup besar, dan pada anak usia sekolah akan
mempengaruhi pelajarannya sehingga akan berdampak pada kualitas anak
tersebut," papar Zuraida.
Pada
hepatitis B dan C, virus di dalam sel hati bisa berkembang biak dan menyebabkan
sirosis hati (pengerasan hati) yang bisa menimbulkan kanker hati.
"Hepatitis B dan C bisa menjadi kronis karena virus berreplikasi. Disebut
kronis kalau setelah 6 bulan masih didapatkan virus di dalam darah." Jika
respon imun-nya kuat, maka virus akan keluar dari sel-sel hati. Kalau daya
tahan kurang, virus akan berreplikasi sehingga lama-lama terjadi sirosis dan
komplikasinya.
Untuk
mendiagnosis apakah anak menderita hepatitis A, B, atau C, dilakukan
pemeriksaan serologis dan uji fungsi hati. "Tapi pemeriksaan ini juga
masih mahal," ujar Zuraida, sehingga harus dipilah-pilah; anaknya usia
berapa, apakah ia sering jajan, apakah pernah disuntik atau pernah mendapat
transfusi darah?
"Kalau
kita curiga anak sering jajan, kita periksa apakah ia terkena hepatitis A dan
sebagainya." Tapi kalau ia pernah disuntik atau mendapat transfusi darah
akan diperiksa, apakah ia menderita hepatitis B atau C. "Jadi, tak semua
pemeriksaan dilakukan demi pertimbangan biaya, kecuali memang buat mereka yang
mampu."
VAKSINASI
Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan hepatitis adalah imunisasi,
khususnya hepatitis A dan B. Hepatitis A dipengaruhi oleh faktor sanitasi dan
higiene, misal, lingkungan yang kotor. "Biasanya kita anjurkan untuk
vaksinasi hepatitis A."
Tapi
umumnya, vaksinasi diberikan untuk anak-anak yang justru berasal dari
lingkungan bersih. Alasannya, mereka justru belum punya kekebalan. Sebaliknya,
anak-anak dari daerah yang lingkungannya kurang baik, umumnya sudah memiliki
kekebalan. Jadi, sudah membentuk kekebalan alamiah meski tanpa ada gejala.
"Badannya sudah kebal." Vaksinasi diberikan biasanya saat anak di
atas usia 2 tahun.
Pada
hepatitis B, upaya yang dilakukan adalah memotong lingkaran transmisi vertikal.
Dianjurkan agar ibu hamil untuk periksa hepatitis B. "Kalau kita tahu si
ibu mengandung hepatitis B, anak harus segera divaksinasi setelah lahir."
Jikapun si ibu tak diperiksa, anak sedapat mungkin juga divaksinasi kurang dari
seminggu setelah lahir. "Untuk pencegahan saja agar anak sudah memiliki
kekebalan sejak bayi."
Sedangkan
vaksin hepatitis C sampai saat ini belum ada karena virus hepatitis C mudah
berubah sifatnya. Jadi, tindakan yang dilakukan dengan uji tapis darah sebelum
anak mendapat transfusi, misal, karena penularan yang paling banyak melalui
transfusi darah.
Penting
diketahui, tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, B, maupun C. Pada anak
hepatitis A, yang harus dilakukan adalah istirahat cukup dan makan makanan yang
baik. "Kalau mual, makanan mengandung lemak sebaiknya dikurangi."
Selain, anak harus diisolasi agar tak menularkan pada orang lain di sekitarnya.
HARUS SERING DIPANTAU
Segera bawa
anak ke dokter jika bola mata sudah tampak menguning atau air kencing berwarna
gelap. Anak akan dievaluasi untuk menentukan apakah terkena hepatitis A, B,
atau C. Yang harus diperhatikan benar, jika terkena hepatitis B atau C, "anak
harus sering dipantau. Biasanya 2 bulan setelah gejala, enzim hatinya
diperiksa," kata Zuraida. Hepatitis B dan C tak akan berulang, tapi
bisa menjadi kronis atau berlanjut. Akibat lebih parah bisa macam-macam, antara
lain kanker hati.
MENCEGAH PENULARAN
Hepatitis A
paling banyak menyerang anak. Nah, untuk memotong rantai penularannya, lakukan
cara-cara yang dianjurkan Dr. Zuraida berikut ini:
* Perbaikan
Higiene Makanan dan Minuman
Virus
hepatitis bersifat tahan panas. Jadi, masaklah air dan makanan sampai mendidih
selama minimal 10 menit. Cuci dan kupas makanan, terutama yang tak dimasak,
serta minum air dalam kemasan (kaleng/botol) bila kualitas air minum nonkemasan
tak meyakinkan.
* Perbaikan
Higiene Sanitasi Lingkungan
Karena
transmisi hepatitis A yang utama melalui fekal oral, maka higiene sanitasi
lingkungan harus betul-betul diperhatikan. Cuci tangan bersih-bersih setelah
buang air besar, sebelum makan, atau sesudah memegang popok/celana.
* Isolasi
Pasien
Jangan lupa,
penularan hepatitis A lainnya adalah kontak erat antar individu. Jadi, anak
yang terkena hepatitis A sebaiknya diisolasi; jangan masuk "sekolah"
atau bermain dulu sampai 2 minggu setelah timbul gejala.
(source: Hasto Prianggoro) -dengan pengubahan seperlunya
Comments
Post a Comment