Isu Komunikasi Keperawatan (pengurangan hari rawat pasien)
written by: Denanda
Agnes Safitri
21 November 2015
ISU KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN
“PENGURANGAN HARI RAWAT DI RS KARENA KEINGINAN
PASIEN“
Komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi
terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain (Mundakir, 2006).
Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara,
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah sakit
berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Potter dan Perry, 2005).
Keperawatan sebagai profesi dituntut
supaya dapat mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepedulian dalam
meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun
klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Wujud kepekaan perawat terhadap lingkungannya adalah perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutu
jika pelayanan tersebut memberikan kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien
dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa aspek. Salah satunya aspek
tersebut misalnya kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan (dokter-perawat)
dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada
pengobatan secara medis melainkan juga berorientasi pada komunikasi. Pelayanan
melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat
membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Dalam pemberian pelayanan kesehatan,
perawat memberikan bantuan langsung untuk pasien dan keluarga yang
mendampinginya di RS. Perawat bertanggung jawab mengkoordinasikan perawatan
untuk pasien, hal ini membutuhkan perencanaan dan pencatatan yang jelas untuk
mengidentifikasi masalah dan memberikan intervensi yang tepat baik untuk
perawatan pasien jangka panjang maupun pendek. Dalam menjalani profesinya
perawat tentu saja dapat mengalami permasalahan yang berkaitan dengan
pekerjaannya untuk memberikan pelayanan keperawatan di RS. Hal tersebut disebut
juga dengan ‘isu keperawatan’. Isu-isu keperawatan yang ada di rumah sakit
misalnya saja tentang pengurangan hari rawat pasien, meningkatnya
ketergantungan terhadap teknologi tinggi, dan kebutuhan akan kolaborasi dan
komunikasi.
Hal/isu yang paling sering terjadi di
rumah sakit adalah hal yang berkaitan dengan lama hari rawat pasien. Lama dirawat menunjukkan berapa hari
lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan. Satuan untuk ‘Lama Dirawat’ adalah “hari”. Cara
menghitung lama dirawat yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang
(keluar dari RS, dalam keadaan hidup maupun mati) dengan tanggal masuk RS.
Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama lama
dirawatnya dihitung sebagai 1 hari.Sedangkan lama hari perawatan dihitung dari
tanggal pertama pasien mulai dirawat di ruang perawatan sampai tanggal pasien
tersebut keluar dari rumah sakit (selesai dirawat) (Indradi, 2007).
Ketetapan dari perawatan yang dibuat
atas keinginan pasien sendiri harus direncanakan dan diberikan secara
berkelanjutan sejalan dengan penurunan waktu perawatan. Banyak pasien yang
meninggalkan rumah sakit lebih awal namun ia sebenarnya masih membutuhkan
perawatan kesehatan. Biasanya rumah sakit menanggapi kebutuhan pasien atas hal
ini dengan membuat ruangan perawatan transisi maupun membuat agensi perawatan
kesehatan sendiri. Dalam hal ini perawat bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa pasien dapat pulang pada waktu sesuai dengan kesembuhannya dari sakit
yang ia alami. Perencanaan pulang yang agresif harus dimulai pada penerimaan di
unit perawatan dan menggabungkan pengetahuan tentang sumber-sumber rumah sakit
dan komunitas yang tersedia untuk pasien. Pemulangan dini boleh dilakukan namun
harus tetap aman bagi pasien dan rawat jalan pun berlanjut.
Pasien
yang dirawat inap di rumah sakit sering kali mengatakan ingin cepat pulang dan
tidak mau berlama-lama dirawat di rumah sakit. Keinginan pasien untuk tidak mau
berlama-lama rawat inap di rumah sakit berkaitan dengan kenyamanan yang
didapat, suasana perawatan yang kurang mendukung, pelayanan yang dirasa kurang
memadai, dan stigma pasien “lama dirawat biaya membengkak”. Alasan-alasan
tersebutlah yang membuat pasien meminta cepat dipulangkan, dengan kata lain
pasien menginginkan pengurangan lamanya ia dirawat.
Masalah klasik pada pasien adalah
ingin pulang jika sudah merasa sehat seperti sebelum sakit. Perasaan sudah
sehat ini mungkin bisa cepat tercapai jika pasien berusia relatif muda dan hanya
mengalami pengakit ringan (diare ringan, tifus, atau DBD biasa). Namun pada
pasien yang mengalami penyakit parah maupun kronis tidak jelas kapan ia dapat
keluar dari rumah sakit.
Di rumah sakit biasanya terdapat
pasien yang sudah merasa sehat namun secara klinis ia belum dinyatakan sehat
100% mengatakan tidak betah dirawat dan menginginkan untuk cepat pulang. Pasien
ini berasumsi bahwa jika ia lebih lama dirawat maka akan lebih membebani
keuangan keluarganya untuk membayar biaya perawatan di rumah sakit. Terlebih
lagi jika pasien maupun keluarganya tidak memiliki pekerjaan yang mapan, mereka
akan merasa lebih terbebani dengan biaya perawatan yang membengkak. Untuk
pasien yang biaya perawatannya dijamin oleh BPJS pun bisa juga terbebani karena
klaim BPJSnya tidak mencukupi untuk meng-cover
semua biaya perawatan yang ia jalani.
Permasalahan mengenai biaya
perawatan yang membengkak jika lama hari rawat bertambah ini merupakan alasan
terbesar bagi pasien untuk meminta cepat dipulangkan dari rumah sakit. Dalam
mengatasi hal ini perawat harus mampu mengkomunikasikan permasalahan pada
pasien supaya dapat mengerti. Perawat diharapkan dapat menjelaskan bahwa pasien
sebaiknya mengikuti anjuran dokter untuk tetap menjalani perawatan. Hari
perawatan pasien yang lama ini tidak berhubungan dengan keinginan rumah sakit
untuk mendapatkan lebih banyak uang dari biaya perawatan yang dibayarkan oleh
pasien. Namun pasien berpendapat bahwa ia dirawat dengan durasi yang lama agar
rumah sakit dapat mengambil keuntungan. Perawat harus bisa mengkomunikasikan
pada pasien bahwa lama perawatannya yang panjang dimaksudkan agar kesehatan
pasien pulih 100% dan tidak menyisakan bibit penyakit dalam diri pasien. Jika
pasien bersikeras untuk pulang berarti ia dapat menularkan penyakit pada orang
di sekitarnya melalui bibit penyakit (virus maupun bakteri) yang ada dalam
tubuh pasien.
Misalnya
pasien yang terdiagnosa hepatitis B, ia harus diberikan penjelasan oleh perawat
untuk menaati nasihat dokter dan boleh pulang jika virus hepatitis B dalam diri
pasien sudah hilang. pasien lebih lama dirawat karena ia masih memerlukan
perawatan untuk mengeliminasi bibit penyakit dalam dirinya. Apabila ia ngotot meminta pulang, maka virus
tersebut dapat tertular pada orang-orang disekitarnya termasuk keluarganya.
Dengan diberi penjelasan seperti itu oleh perawat maka akan muncul dorongan
dari diri pasien untuk tetap menjalani perawatan di rumah sakit dan
mengesampingkan egonya untuk pulang lebih dini. Oleh karena itu, peran perawat
untuk mengkomunikasikan tentang hari rawat pasien perlu dijelaskan dengan baik
pada pasien supaya ia mengerti dan mencapai kesehatan optimal tanpa meminta
pulang dari rumah sakit lebih dini.
Referensi:
Indradi,
Rano. 2007. Antara ‘Lama Dirawat’ dan
‘Hari Perawatan’. Diakses pada http://ranocenter.blogspot.co.id/2007/01/antara-lama-dirawat-ld-dan-hari.html tanggal 21
November 2015 pukul 12.42 WIB.
Mundakir.
2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi
dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Potter,
A. Particia, dan Perry, Anne Griffin. 2005. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta:
EGC.
Comments
Post a Comment