Komunikasi yang Terapeutik untuk Menangani Pasien Anak
Surakarta, 10 Desember 2014
Komunikasi yang Terapeutik
untuk Menangani Pasien Anak
Oleh:
Denanda Agnes Safitri
Komunikasi
merupakan sarana efektif yang sehari-hari kita gunakan untuk bertukar pikiran,
berpendapat, serta mempengaruhi cara pikir orang lain, tak terkecuali dalam
dunia kesehatan. Tenaga kesehatan, misalnya perawat, dokter, maupun tenaga
medis lainnya memerlukan komunikasi yang baik agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai bagi kliennya. Tenaga medis yang mempunyai waktu
berinteraksi paling lama dengan klien adalah perawat. Kehadiran perawat untuk
pasien selain untuk memberikan pelayanan kesehatan juga memberi kenyamanan bagi
pasien. Oleh karena itu, kehadiran perawat dan interaksinya bisa dikatakan
menjadi sebuah ‘obat’ bagi pasien tersebut.
Komunikasi
untuk menunjang peran perawat dan pasien dalam konteks kesehatan dikenal dengan
‘komunikasi terapeutik’. ‘Komunikasi terapeutik’ adalah
komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh perawat dan bertujuan untuk
kesembuhan pasien. Pada hakikatnya komunikasi terapeutik bertujuan mempercepat
kesembuhan pasien. Perawat harus sadar bahwa pasien butuh pertolongan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan keluhan yang dirasakan.
Salah satu pasien yang dihadapi perawat di rumah sakit
adalah anak. Anak ialah pribadi yang unik. Untuk itu diperlukan pendekatan
khusus oleh perawat pada pasien anak untuk memberi pengertian dan mengubah
perilakunya yang cenderung manja dan rewel. Ketika dirawat di rumah sakit terkadang
anak merasakan stress karena adanya perubahan status kesehatan, prosedur
perawatan yang harus dijalani, perubahan lingkungan, serta keterbatasan
mekanisme koping.
Umumnya ketika anak sedang sakit orang tua sering mengalami
kepanikan. Dalam hal ini perawat harus meyakinkan dan memberi pengarahan pada
orang tua pasien anak. Perawat mendorong orang tua pasien untuk bercerita dan
membuat suasana menjadi terasa nyaman terlebih dulu. Selanjutnya pembicaraan
baru masuk pada pertanyaan inti secara perlahan.
Hal yang
biasanya terjadi pada pertemuan awal antara perawat dengan pasien anak adalah
perawat melakukan pengkajian awal. Seringkali perawat melakukan komunikasi pada
orang tua pasien anak karena anak belum bisa diajak berkomunikasi dengan baik.
Namun, ketika anak dapat diajak berkomunikasi dengan baik, perawat dapat
melakukan pengkajian dan langkah-langkah selanjutnya pada anak.
Dalam berinteraksi pada anak perawat diharapkan untuk
selalu bersikap terapeutik. Saat bertemu dengan anak maupun ketika akan
melakukan intervensi keperawatan, perawat sebaiknya menyapa pasien anak dengan
nama/panggilan yang disukainya. Perawat juga harus selalu menjelaskan hal yang boleh
dan tidak boleh dilakukan setelah tindakan pengobatan dengan bahasa yang
dimengerti anak. Dalam interaksinya perawat harus bisa menjadi kawan bagi anak
dengan menunjukkan raut muka bersahaja, sikap hangat, mengerti kebutuhan serta
perasaan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak cemas dan takut, sehingga
cepat tercapai kesembuhan.
Komunikasi
terapeutik yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
berbeda dengan orang dewasa. Diperlukan cara yang berbeda dalam menerapkan
komunikasi terapeutik pada pasien anak. Cara-cara tersebut di antaranya adalah:
1.
Perawat
berbicara dengan nada suara yang rendah dan lambat agar anak dapat mengerti hal
yang dikatakan perawat.
2.
Perawat
sebaiknya membuat jadwal yang tidak monoton antara terapi medis dengan hal yang
disukai anak (misal: bermain).
3.
Perawat
diharapkan untuk memperhatikan posisi badan ketika berinteraksi dengan pasien
anak agar anak merasa nyaman.
4.
Dalam
melakukan kontak mata sebaiknya perawat dapat mengaturnya. Ketika mendapat
respon kurang baik maka perawat harus mengurangi kontak mata, dan saat anak
sudah bisa mengontrol perilakunya perawat kembali melakukan kontak mata pada
anak.
5.
Ketika
berkomunikasi dengan anak diperlukan untuk melakukan sentuhan agar anak merasa
nyaman dan dekat dengan perawat, namun perlu diingat bahwa perawat harus
meminta izin terlebih dulu.
Saat berkomunikasi terapeutik dengan anak, secara
verbal perawat dapat menggunakan teknik bercerita dengan bahasa anak supaya ia
tertarik untuk mendengarkan dan perasaan tertekannya dapat terkurangi. Dengan
teknik bercerita perawat dapat mengetahui perasaan anak. Selain menggunakan
teknik bercerita, perawat dapat menggunakan cara bermain game tiga permintaan. Game ini sangat disukai
oleh anak, oleh karenanya dengan game tersebut perawat dapat mengarahkan anak
untuk masuk dalam percakapan.
Komunikasi terapeutik pada anak tak hanya dilakukan
secara verbal, namun juga dilakukan komunikasi terapeutik secara non verbal. Untuk
berkomunikasi secara non verbal perawat dapat menggunakan teknik menulis.
Dengan cara menuis perawat bisa melakukan pendekatan pada anak. Tak hanya itu, perawat
pun bisa menggunakan teknik menggambar. Menggambar merupakan salah satu cara
yang dilakukan anak untuk mengekspresikan perasaannya dan mengungkapkan tentang
dirinya dengan bebas. Selain itu ada teknik lain, yaitu dengan bermain. Teknik
bermain saya rasa merupakan cara terefektif bagi perawat untuk berinteraksi
dengan pasien anak karena dunia anak adalah bermain.
Perawat perlu untuk menjalin hubungan terapeutik yang
baik pada anak. Hubungan terapeutik yang baik antara perawat dan pasien anak
dapat memperlancar pemberian terapi medis. Selain itu, perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada anak agar ia dapat mengerti cara meningkatkan
kesehatannya. Dalam komunikasi terapeutik pada anak diperlukan cara dan teknik
tertentu agar tujuan dari komunikasi itu tercapai, yaitu kesembuhan pasien
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hannan., Susilo, Eko., dan Suwanti. 2013. Hubungan
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan pada Anak
Prasekolah di Ruang Perawatan Anak RSUD Ambarawa. Dalam Jurnal Keperawatan
halaman 1-10.
Fatriansari, Asih. 2012. Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Anak dan Tingkat Kepuasan Keluarga yang Anaknya Menjalani
Hospitalisasi di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. M.Sc Thesis, Universitas
Indonesia.
Mundakir. 2006. Komunikasi
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nasir, Abdul, et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Comments
Post a Comment