Your Grandchild Wants to Tell You, "Iloveyoutothemoonandback"
Hari ini, sabtu, 6 Ramadhan. Pada
awalnya memang seperti Ramadhan pada umumnya. Tapi aku merasa ada sesuatu yang
hilang. Entah bagaimana aku mengekspresikannya. Ramadhan ini ramadhan tanpa
sesorang yang biasa kupanggil Mbah Roko. Aku tidak tahu bagaimana hari ini aku
merasa sangat rindu dengan sosoknya. Seseorang yang selalu mengingatkanku untuk
selalu berbuat baik dengan nasihatnya yang dulu mungkin hanya sering
kudengarkan saja karena dulu aku belum begitu paham tantang hal yang beliau
katakan padaku dan sering kali beliau bercakap panjang kali lebar saat
memberikanku nasihat ataupun saat membahas tentang hal apapun itu.
Entah bagaimana hari ini aku
terbangun dan aku meneteskan air mata. Ingin aku bertemu dengannya lagi
meskipun melalui mimpi. Bagiku beliaulah ‘mbah’ terbaik di dunia ini. Aku ingat
betul bagaimana sosoknya, perawakannya, dan berbagai macam talent yang beliau
miliki, seperti olah raga (pingpong, tinju, sepak bola, tennis, catur, bridge),
menyanyi, menulis syair & puisi, dan yang gakboleh lupa, mbah pernah
memberitahuku bahwa ia bisa sulap. Tapi beliau bilang bahwa ia tidak akan
melakukan sulap lagi karena katanya termasuk sihir. Oh iya lupa, Mbah Roko juga
bisa bahasa Inggris & Arab. Aku cucu pertama yang mbah punya. Katanya,
kehadiranku di dunia adalah mukzizat. Dulu aku pernah diberi tahu olehnya bahwa
karena suatu sebab, aku tidak mendapat cukup nutrisi saat dalam kandungan dan
tipis kemungkinan aku dapat dilahirkan dalam keadaan normal dengan kecerdasan
yang baik.
Mbah Roko adalah seorang guru,
beliau memutuskan untuk pensiun yang saat itu mbah masih tergolong muda dan
menjabat kepala sekolah. Mbah pernah bilang bahwa sebab beliau memutuskan untuk
pensiun dini adalah karena aku, karena alasan yang begitu klasik ‘menimang cucu’.
Bisa dibilang bahwa aku cucu yang sangat merepotkan baginya, tapi beliau begitu
sabar menghadapiku. Katanya dulu aku sering sakit, sering nangis, sering nakal;
dan beliau tetap sabar. Aku ingat bagaimana dulu ketika aku sangat rewel. Saat sudah
malam & hujan aku tidak berhenti nangis & mbah menggendongku dengan
kain selendang, berpayung, dan membawa senter meskipun tidak terlalu gelap. Hingga
pada akhirnya hal itu menjadi kebiasaan bagiku. Aku sering memintanya
menggendongku dengan berpayung entah itu hujan atau tidak dan membawa senter Ahh
aku rindu sangat. Sering kali dengan motor honda jadulnya mbah mengajakku
keliling kampung sampai-sampai orang-orang hafal dengan kebiasaanku itu.
Saat aku mulai sekolah, dari TK
sampai lulus SD tak pernah sekalipun aku merasakan diambilkan raport oleh orang
tua. Selalu Mbah Roko yang mengambil raportku. Karena beliau sudah pensiun,
maka tiap bulannya beliau selalu ke kantor pos untuk menerima pensiunannya,
itulah saat aku merasa senang. Setelah menerima pensiunannya beliau selalu
membelikanku roti gulung & biskuit beras kesukaanku. Dulu jika beliau
mengajakku beli jajan beliau selalu membukakan plastik pembungkusnya dengan
rapi karena entah kenapa aku tidak mau memakannya kalau bungkusnya tidak rapi
ketika dibuka dan sobekannya terbalik. Mungkin karena kalau terbalik aku merasa
susah baca tulisan di kemasan jajan itu kali yah hehehe. Kan waktu TK aku baru
belajar membaca.
Waktu kecil aku tidak hanya
menjalani sekolah negeri saja. Jadi waktu sekolahku pagi sampai siang sekolah
di SD, siang sampai sore sekolah di Madrasah Diniyah (seringnya dulu kusebut
dengan Sekolah Arab, karena textbooknya berhuruf hijaiyah dan ada beberapa yang
berbahasa Arab). Di SD aku tergolong berprestasi dan selalu juara kelas juga
sering ikut lomba. Tapi hal sebaliknya terjadi di Madrasah. Aku tidak terlalu
suka sekolah Madrasah, motivasiku sekolah Madrasah dulu biar bisa jajan es. Sering
kali setelah pulang sekolah Madrasah tiba-tiba aku sakit. Nah, kalau sekolah
tentu saja guru selalu kasih PR dan tugas hafalan. Seseorang yang selalu
membantuku mengerjakan PR dan berlatih hafalan ya siapa lagi kalau bukan Mbah
Roko karena beliau bisa berbahasa Arab dan pandai soal agama. Sebelum aku
berangkat Madrasah biasanya mbah selalu mengecek bagaimana tugas hafalanku. Mbah
Roko lah yang selalu membelikanku textbook Madrasah sebelum guru memberi tahu apa
saja buku yang harus dipersiapkan, karena memang dulu mbah juga guru ngaji
dulunya. Dari awal masuk Madrasah sampai lulus pun mbak roko yang selalu
mengambilkan raport serta ijazahku.
Saat aku sudah besar, kami sering
ngobrol membahas sesuatu dan tak jarang terjadi perdebatan. Dari setiap
obrolan, mbah selalu berusaha membuka pikiranku dan banyak sekali yang kami
obrolkan. Memang tidak banyak foto yang bisa menjelaskan bagaimana kebersamaan
kami. Tetapi terlalu banyak memori yang tidak bisa terlupakan olehku. Rasanya kangen
sangat.
Mbah Roko pergi bertemu sang
pencipta pada tanggal 12 Januari 2018. Saat itu aku masih kuliah S1 dan aku
tidak bisa pulang setelah mendapat kabar bahwa mbah masuk rumah sakit karena
aku sedang ujian semester. Jujur saja, saat itu aku tidak bisa konsen belajar
apalagi pas dapat kabar mbah dipindahkan ke ICU. Aku sudah berpikir hal yang
macam-macam termasuk bagaimana jika mbah kemudian pergi. Dan paginya, mbah
memang pergi. Aku hanya bisa menangis saat itu dan aku sedih tidak bisa
melihatnya dan mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Tapi mbah
sudah tidak sakit lagi, aku percaya Mbah Roko sudah bahagia akan tinggal di
rumah terindahnya yang diperuntukannya untuk selamanya. Tak pernah aku putus
berdoa untuknya. Selalu kudoakan yang terbaik untuknya. Nothing last forever,
but ur love.
P.S: Mbah Roko, ur grandchild
missing u this much. I wanna see u again, though it’s in my dream. I wanna see
u how happy u r, i wanna tell u that i do miss u.
Comments
Post a Comment